4 May 2015

Ayah yang Mengorbankan Anaknya Demi Menyelamatkan Ribuan Nyawa


Ada rumor beredar tentang sebuah insiden yang diduga terjadi di jembatan Pamban tentang sebuah peristiwa tragis dan memilukan. Seperti yang dikutip dari versesofuniverse.blogspot.com, salah satu versi diceritakan dibawah ini:
Ini adalah peristiwa yang terjadi saat India masih diperintah oleh inggris.
Jembatan Pamban ini terletak di Tamil Nadu, India. Di pintu masuk jembatan, Anda dapat melihat gambar seorang pria menangis memegang beberapa bagian tubuh manusia dekat dadanya.
Jembatan ini dibangun pada masa pemerintahan Inggris di India dan itu dibangun sedemikian rupa sehingga bagian tengah jembatan dapat diangkat dengan bantuan roda besar, sehingga kapal-kapal bisa dengan mudah lewat di bawah jembatan. Di jembatan, terdapat jalan dan rel dibuat untuk kereta dan kendaraan lain untuk melintas …
Seorang pria paruh baya ditunjuk untuk memutar roda naik dan turun ketika kapal tiba. Setelah ia melihat kereta perlahan mendekat, sementara ia menarik kembali jembatan setelah kapal berlalu di bawah. Dia harus menarik kembali dengan cepat atau akan ada kecelakaan fatal dan ribuan orang akan mati.
Saat itu anaknya berusia 9 tahun datang dengan makan siang. Ketika ia melihat ayahnya berjuang memutar roda, ia lemparkan kotak makan siangnya dan mulai membantu ayahnya untuk memutar roda untuk menempatkan jembatan kembali. Tiba-tiba jari anaknya terjebak di dalam roda dan ia mulai menangis. Pada saat ini jika ayahnya mencoba untuk menyelamatkan anaknya, jembatan tidak dapat diturunkan kembali tepat waktu. Ayahnya tidak punya pilihan lain selain mengabaikan tangisan anaknya. Dengan segala kekuatannya dia terus menggulirkan roda untuk menurunkan jembatan. Seiring roda bergulir, tangan dan tubuh anaknya pun perlahan mulai masuk terjepit ke dalam mesin besar.
Air mata mengalir membasahi pipi ayahnya, tapi ia mengabaikan tangisan anaknya. Jika ia mencoba untuk menyelamatkannya, kereta pasti akan jatuh ke laut dan ribuan orang akan mati. Perlahan seluruh tubuh anak itu jatuh ke dalam mesin dan ayahnya bisa mendengar tulang-tulangnya pecah satu per satu, sampai terdengar suara keras, kepala anaknya pun hancur.
Kereta api dengan ribuan penumpang perlahan-lahan berjalan di rel jembatan yang telah diturunkan, tanpa mengetahui apa yang telah terjadi di sana.
Meskipun orang ini melakukan tugasnya dengan jujur, ​​ia kehilangan putra satu-satunya yang sangat ia sayangi. Dengan ratapan yang sangat keras, dia menarik keluar bagian tubuh anaknya dari mesin dan memegangnya dekat dengan dadanya dan menangis dengan sedihnya.
Pemerintah Inggris sangat menghormatinya dan dalam memori kejadian ini mereka menempatkan gambarnya di pintu masuk jembatan.
_______________________________________________________________________________________________

Kisah diatas tersebar di seluruh internet meskipun di berbagai forum diskusi dikatakan cerita di atas adalah hoax. Jembatan membutuhkan dua belas orang, enam di setiap sisi, secara manual mengoperasikan bagian bergerak nya.. Juga, tidak ada gambar seperti yang disebutkan di pintu masuk jembatan. Dan cerita ini juga tidak dikenal oleh penduduk setempat sebagai fakta atau desas-desus dari generasi sebelumnya. Cerita diatas tampaknya sepenuhnya diproduksi di internet.
Versi paling awal dikenal dari cerita muncul sebagai propaganda Kristen, dan sejak itu cerita telah tersebar di banyak sekolah Katolik. Propaganda mencoba untuk menarik kesamaan antara pengorbanan sang ayah, yaitu anaknya, dan pengorbanan Tuhan Kristen dalam mengirim putranya Yesus turun ke bumi. Propaganda itu sendiri, diciptakan pada tahun 2008, tidak asli, dan didasarkan dari cerita sebuah film Ceko peraih nominasi Academy Award tahun 2004, yang berjudul Most (di berbagai negara berjudul The Bridge).

_______________________________________________________________________________________________

Mengenai sejarah Jembatan Pamban dapat dibaca disini Sedangkan mengenai jalur kereta api tiga tingkat satu-satunya di dunia seperti gambar dibawah, dapat dibaca disini
LANGSUNG SHARE KE MEDSOS...