18 Oct 2017

Surat Untuk Istriku .

Foto Nadya Marlia Eyii.

Istriku
Awal kita jumpa di pelaminan, kamu bagai Cinderella yg imut dan menggemaskan. Sekarang kok garang kayak Tazmania, nguber anak kita pingin nabok. Pakai jurus ciaat pulak.

Istriku
Dulu kau begitu wangi, mengalahkan harum kuntum kamboja di pekuburan cina. Napa sekarang kalau abang masuk rumah, bau ketek sama bau bawang selalu jadi parfum best seller yah?
Istriku.

Dulu tuturmu selembut sutra sehalus beludru bikin abang ngantuk pingin bobok. Tapi kenapa sekarang kecepatannya berubah drastis menyamai orang yg lagi nge-rap ya? Yang ngejar juga ngga ada....

Dulu kau suka panggil Baaaaaaaaaang, sambil kedipin kedipin mata sebelah.

Sekarang? Jantung bisa copot dengar suara bertekanan tinggi " BANG!!! Pake acara manyun dan membelalakkan mata pulak.

Istriku
Dulu dikasih segocep bilangnya Alhamdulillah.
Sekarang? Kalau ngga ngomel kayak kacang digoreng, bilangnya Kurang Atuh!

Istriku
Dulu wajahmu bagai rembulan, bercahaya menggemaskan. Sekarang sudah kayak lampu lima watt kedap kedip pula.

Istriku
Ada apa dengan dirimu? Tak bisa kah kau pertahankan citra dirimu seperti awal kita berjumpa? Mengapa semua harus berubah sementara Abang adalah Pemuja..........

Istriku
Ajari abang untuk bersabar yah atas semua yg sudah tersedot vacum cleaner rumah kita. Karena di luar sana segala jenis godaan seakan melambai lambaikan tangan kepada Abang..... Tapi kau beruntung, Abang tak ingin membalas lambaian tangan tangan itu. Sepuluh jari menutup muka abang namun kadang jebol satu…

Abang menunggumu dindaku sayang......

Benahi diri........
Siapa tahu suatu malam istri abang menjelma ala ibu perih atau artis holywood.....dan Abang bisa nyenyak dengan perasaan tenang......

Surat untuk suamiku

Suamiku
Dulu kau begitu memujaku, karena tanganku begitu lembut, harum semerbak wangiku. Sekarang, demi baktiku padamu, suamiku, tak terhingga beban berat yg dijinjing tangan ini, memasak, mencuci, menyapu, semua pakai tanganku ini yg kau bilang kasar, suamiku...sudah tak sempat lagi diriku bersolek seperti saat daku masih belia dulu, bisa mandi dengan tenang pun sudah alhamdulillah, tanpa rengekan buah hatimu...tak terbetik dipikiranmu kah, suamiku, beratnya beban dihatiku, seolah buah hati kita hanya tanggungjawabku? berapa kali dalam setahun engkau memandikan atau menceboki anakmu? sadarkah dirimu, darimana bau badanku yg tak sedap itu? semua untukmu, suamiku...

Suamiku
Tahan berapa lama engkau bermain bersama putra-putri kita? sehingga dia bisa menurut kepadamu, bertutur kata yg baik, disiplin dalam kegiatannya, bisa membaca dan menghafal dengan baik, tidak membuatmu malu ketika mengajak mereka bertamu...Kau fikir semua anak terlahir dengan etiket sempurna? Tidak suamiku, semua adalah hasil teriakanku yg kau bilang kayak tarsan, hasil tabokan kasih sayangku pada mereka, suamiku...

Suamiku
Aku juga ingin selalu bermanja-manja padamu, diberi perhatianmu, tapi ketika aku berkeluh kesah, dirimu tak mau menanggapi, malah menghindariku, lalu kepada siapa aku mencurahkan sesak didadaku? aku tidak memintamu mencarikan pembantu, suamiku...aku hanya minta dihargai kerja kerasku, syukur syukur kau mau membantu...

Suamiku
Dulu segocep bisa buat kita makan sepiring berdua, romantis bukan...kurang beras & bumbu2 bisa kuambil dari dapur orangtuaku. Sekarang aku malu, suamiku anak sudah banyak masih minta orangtua, aku jaga harga dirimu suamiku, secukupnya kau beri aku belikan semua yg berguna, engkau lapar sudah ada nasi, tinggal cari lauknya, engkau mandi sabun & sampo sudah tersedia, engkau pergi kerja baju sudah bersih & rapi...itulah nikmatnya berkeluarga, suamiku...

Suamiku
Aku juga pengen ke salon, perawatan, atau setidaknya punya lulur & masker sendiri di rumah...pakai bedak, pakai lipstik & celak,tapi anak anak butuh susu & makanan bergizi, sementara diriku malu untuk membebani dirimu dengan banyaknya permintaanku...Baktiku padamu, suamiku...

Suamiku
Engkau sudah puas bertahan 9:1 dari godaan setan diluar sana... Sementara istrimu ini abang, godaannya jauh lebih rumit dari jerat hawa nafsu...diriku bersabar atas semua kekurangan dirimu, yang aku harap hanya ridho Rabb-ku, khianatnya dirimu dengan memuja para wanita diluar sana, pahala besar buatku...jika aku hanya memikirkan ego-ku sendiri, suamiku, toh akan makin bertambah pundi2 pahalaku, tapi impianku adalah berkumpul di surga nanti dengan dirimu kelak, insyaallah...aku selalu berusaha memegang tanganmu, tapi jika engkau tetap condong kepada kejelekan, hanyalah do'a & airmata yg bisa tercurah untukmu...

Suamiku, aku telah lama disini menanti kembalimu, kandaku...
Siapa tahu suatu malam suamiku tersayang menjelma menjadi lebih qona'ah & istiqomah .

LANGSUNG SHARE KE MEDSOS...