28 Aug 2017

Sebelum Kamu Berniat Merantau Ke Jakarta, Sebaiknya Kamu Ketahui 7 Tips Ini Dari Mereka Yang Telah Sukses Menaklukkan Ibu Kota .


Sebagai anak rantau yang jauh dari orangtua, tak akan ada kemewahan semacam ibu yang dengan setia menemani dan menyeka dahimu dengan kompres saat kamu demam tinggi. Sebaliknya, akan banyak godaan yang datang dan ditawarkan kepadamu, baik secara terang-terangan maupun terselubung dengan manisnya. Namun, tentu saja, semua pilihan ada di tanganmu!
Sapa suru datang Jakarta, sapa suru datang Jakarta

Sandiri suka, sandiri rasa, eh doe sayang

Sungguh tiada kuduga aah… Hidup akan merana

Tinggalkan kampung desa dapatkan gubuk di kota

Pernah dengar lagu di atas? Atau malah jangan-jangan kamu sedang dengan lirih diam-diam ikut menyanyikan lirik lagu itu dalam hati?

Kamu sudah di Jakarta atau sedang berniat merantau ke Jakarta?

Nih, simak 7 tips sukses merantau dan survive di Jakarta yang saya kumpulkan berdasarkan survey pengalaman beberapa teman, supaya kamu tidak perlu galau lagi ketika menyanyikan atau mendengar lagu di atas!

1. Peluk Cium Orang Tua


Bisa dalam arti sebenarnya dalam praktik atau, kalau kamu atau orangtuamu pemalu, gak usah pakai peluk cium deh, sekedar persetujuan dari orangtua atas niatmu merantau rasanya sudah cukup. Restu orangtua adalah salah satu syarat kesuksesan yang terutama. Hal ini dikarenakan berkat Tuhan disalurkan lewat doa dan restu orangtua kepada anaknya.

Jika orangtua belum kunjung setuju dengan rencanamu untuk merantau ke Jakarta, cobalah bersabar sambil terus menunggu waktu yang tepat. Jangan melakukan tindakan-tindakan bodoh seperti kabur begitu saja tanpa izin, misalnya. Orangtua biasanya hanya ingin yang terbaik bagi anaknya walaupun menurut sudut pandang pemahaman kita tidak demikian. Selidiki alasan kenapa orangtua belum bisa menerima keinginanmu dan bila ada syarat yang menyertai maka usahakan untuk memenuhinya terlebih dahulu.

Bagaimana jika sudah tak ada orangtua? Mintalah izin kepada paman atau, kalaupun tak ada juga, mintalah pada ustad atau pemuka agama yang ada di sekitar tempat tinggalmu. Intinya, mintalah izin sekaligus pamit kepada orang yang lebih berumur dan bisa memberikan restu sekaligus nasihat. Syukur-syukur memberikan setumpuk amplop .. he he.

Jangan jadi penerus Malin Kundang, si anak durhaka yang dikutuk oleh ibunya. Karena tak hormat kepada orangtua, walaupun bukan power rangers, ksatria baja hitam, atau sailormoon, Ia pun "Berubah!!" menjadi batu untuk selamanya.

Sesampainya di Jakarta, setelah kamu menemukan tempat tinggal, buru-buru deh berkunjung ke ketua RT setempat. Tak ada salahnya loh akrab dengan ketua RT, yang jelas akan lebih mudah untukmu kalau di kemudian hari kamu membutuhkan hal-hal administratif.

2. Identitas Diri Lengkap


Punya dong KTP alias Kartu Tanda Penduduk yang mengisyaratkan bahwa dirimu sudah berumur 17 tahun atau lebih? 17 tahun adalah sebuah usia di mana seseorang sudah dianggap bisa bertanggung jawab atas segala perkataan dan tingkah laku. Memang sih, umur tidak bisa dijadikan sebagai tolok ukur kedewasaan, karena banyak juga orang tua-tua keladi, yang meski tidak sedang sakit flu, tapi tingkahnya masih seperti bayi: ingusan.

Identitas diri selama di Jakarta juga sangat berguna saat melamar pekerjaan, mencari kos, menyewa motor, membuka rekening tabungan baru, ikut BPJS, bahkan, yang terbaru, bisa mendapat rumah susun segala. Jangan sampai dicurigai calon mertua di Jakarta kalau menunjukan KTP saja tidak bisa. Gratis kok sekarang mengurus pembuatan KTP.

"Gue masih dibawah umur tapi harus merantau nih. Gimana ya?" Kalau demikian, tunggulah beberapa tahun lagi ya, Dik! Atau, kalau memang sangat terpaksa, ajaklah saudara yang bisa bertanggung jawab untuk menemani kamu.

3. Teman dan Tetangga adalah Saudara


Karena statusmu sebagai perantau, pastinya kamu belum mempunyai rumah di Jakarta. Kecuali kamu adalah seekor siput, yang menggendong sendiri rumahnya ke mana-mana di atas punggung, maka tinggal di kos adalah pilihan utama untukmu saat ini. Syukur-syukur kamu memiliki saudara yang bisa menampungmu untuk sementara. Jika demikian, pastinya beban perjuanganmu akan menjadi sedikit lebih ringan, setidaknya kamu sudah memiliki tempat untuk tidur atau sekedar numpang mandi, walaupun untuk sementara.

Jika kamu sudah lebih mapan, kamu bisa memikirkan untuk menyewa kontrakan bersama teman-teman 'senasib' yang lain. Tentu saja dengan tinggal bersama, otomatis kemanisan tanggal muda serta kegetiran tanggal tua ditanggung bersama. Sebagai anak rantau yang jauh dari orangtua, tak akan ada kemewahan semacam ibu yang dengan setia menemani dan menyeka dahimu dengan kompres saat kamu demam tinggi. Teman satu rumah (kos atau kontrakan) akan menjadi salah satu penolong yang paling dapat diandalkan, di samping kekasih, kalau kamu sudah punya tentu saja.

4. Tak Hanya Teori
Jakarta penuh sesak dengan para sarjana, mulai dari lulusan universitas dalam negeri hingga lulusan kampus luar negeri, tumpah ruah di sana. Nah, menghadapi medan persaingan yang demikian berat, untuk sekadar bisa survive saja, kamu perlu mempunyai value lebih. Katakan saja, kamu mahir berbahasa mandarin walaupun seorang lulusan teknik arsitektur, atau bisa presentasi dengan piawai walau berijazah tehnik mesin.

Apakah harus sarjana? Jika tingkat pendidikanmu belum mencapai tingkat sarjana S1, maka keterampilan seperti memasak, menyopir, berkebun, dan lain-lain sangat diperlukan untuk kamu bisa bertahan, dalam jangka pendek.

5. Gratis itu Tak Selalu Baik
Narkoba, miras, dan gerombolan teman-temannya sudah jamak tersebar di mana-mana. Untuk itu diperlukan langkah-langkah preventif alias menjaga diri dari semua kemungkinan. "There's no such thing as free lunch" adalah salah satu pengingat agar kamu selalu hati-hati. Keju gratis hanya ada di perangkap tikus!

6. Perbanyak Ibadah, yang Bukan di Medsos


Kapan terakhir kali kamu 'beribadah' di media sosial? Memberikan 'doa' komentar pada status teman atau sekedar meninggalkan 'persembahan' berupa tanda jempol? Setiap hari? Atau malah kamu kuat 'berhijrah' dari media sosial yang satu ke yang lain lebih dari 10 kali dalam sehari?

Pastikan ibadahmu dilakukan di tempat yang seharusnya juga setara kualitas dan kuantitasnya. Di kota besar, akan banyak godaan yang datang dan ditawarkan kepadamu, baik secara terang-terangan maupun terselubung manis. Sekali lagi, tentu saja, semua pilihan ada di tanganmu.

7. Kaki Masih Menginjak Tanah


Selama kamu masih menginjak bumi, bukan astronot yang melayang-layang cantik di luar angkasa, maka janganlah menentang langit. Segala rezeki yang kamu peroleh, meski lewat kerja keras dan cucuran keringatmu, sesungguhnya adalah anugerahNya semata. Jika kamu memiliki keleluasaan dan kelebihan, ingatlah untuk bersedekah secara tersembunyi pada orang yang lebih membutuhkan. Ada tertulis, "Namun engkau, selagi memberi sedekah, jangan biarkan tangan kirimu mengetahui apa yang tangan kananmu lakukan, sehingga sedekahmu itu ada dalam ketersembunyian."
LANGSUNG SHARE KE MEDSOS...